Fatwah Anak Rantau

Lebih baik hidup menderita.
Daripada hidup kaya penuh harta.
Tapi berdiri diatas penderitaan orang lain.
Sama halnya ibaratkan hidup seperti lintah.
Lebih baik hidup manjadi lilin.



Lebih baik aq terlahir sebagai "BINATANG YANG MEMANUSIAKAN MANUSIA".
daripada hidup sebagai"MANUSIA YANG MEMBINATANGKAN MANUSIA".
aq tak pernah merasa hina karna "TERVONIS" mati.
tapi aq merasa terhina jika aq dipandang "SINIS".
"PERJUANGKANLAH MORALITAS SEBAGAI MANUSIA SEJATI"


Semua orang pasti ingin jadi orang kaya raya.Seseorang dengan uang melimpah bisa membeli semua komoditas yang dibutuhkan.Bagaimana dengan nasib orang miskin? Jangankan untuk beli baju bagus atau rumah mewah, untuk nasi bungkus saja mereka harus kerja seharian, baru mereka bisa makan.
Tapi sebenarnya, kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Allah bagi hamba-hamba-Nya. Ironisnya, jika Allah mengujinya dengan memberikan kesenangan-kesenangan, maka ia akan berkata bahwa Allah telah memuliakannya, sedangkan jika Allah mengujinya dengan membatasi rizkinya maka ia berkata, "Allah telah menghinakanku!".
Kekayaan yang melimpah ruah dapat menyebabkan seseorang itu mulia. Sebab, ia menggunakan hartanya di jalan Allah dan membelanjakannya untuk mencari keridhaan Allah. Dan perumpamaan orang yang membelanjakan hartanya untuk mencari keridhaan Allah seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram hujan lebat, maka kebun itu akan menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis pun memadai (QS 2: 265).
Kekayaan juga dapat menyebabkan seseorang menjadi
boros, sombong serta merasa ekslusif, dan serakah.Seorang yang boros membelanjakan hartanya hanya untuk kepuasan nafsunya.Tapi sayangnya, jika hal itu menyangkut kebaikan orang banyak dan bernilai amal, maka ia akan berpura-pura menjadi orang yang pailit.
Intinya, selain menjadi boros, ia juga akan diserang penyakit pelit.
dengan kekayaan yang dimiliki, seseorang bisa menjadi sombong dan merasa ekslusif. Orang-orang dari lapisan bawah tidak dapat diterima dalam lingkup pergaulannya.ia merasa bahwa dialah orang besar yang memenuhi semua kebutuhannya tanpa bantuan siapa pun.


Ada kecendrungan kita untuk tertawa diatas penderitaan orang lain. Saya malah “takut” untuk menyebutnya sebagai fitrah.
Fitrah bangsa Indonesia adalah tertawa melihat penderitaan orang lain.
Ada kenikmatan melihat orang lain menderita.
Sebagaian orang mungkin “tertawa” ketika ribuan jemaah haji tidak bisa berangkat tahun ini.
Mungkin jauh dilubuk hati kita, melihat penderitaan orang lain adalah satu kenikmatan tersendiri.
Untuk satu saat orang yang menderita itu mendapat giliran untuk menertawakan kita di hari akhir nanti karena penderitaan yang mereka alami di dunia ini.


1. Lintah “want to know”
Di saat-saat kita sedang lelah, sibuk, dan fokus, kehadiran orang-orang ini benar-benar akan menyedot energi emosi kita, karena kita akan dibombardir dengan pertanyaan-pertanyaan nggak penting yang mengacaukan konsentrasi kita.
Apakah intensi orang-orang ini? Ia ingin tahu segala hal agar ia merasa menjadi orang yang tahu segalanya dan tidak dianggap ketinggalan.
Ia takut ditolak dan dianggap tidak tahu, itu sebabnya ia berusaha mengumpulkan informasi mengenai apapun.
Selain itu, ia juga takut dianggap orang bodoh, sehingga dengan mengumpulkan semua informasi, ia bisa siap kapan saja jika ada pertanyaan dan diskusi.

2. Lintah “gila hormat”
berusaha memberitahu dan menunjukkan semua pengetahuan dan prestasinya kepada siapa saja.
Setiap ada kesempatan apapun, ia selalu berusaha mempublikasikan semua yang sudah dia lakukan.
Dan yang paling melelahkan dari orang ini adalah ketika ia selalu mengarahkan topik pembicaraan pada dirinya.
Apapun topik pembicaraan, ia akan selalu berusaha menyusupkan kata “saya sudah…”, “saya kenal…”, “saya tahu…”, “saya bisa…”, “saya pernah…” dan berbagai “saya-saya” lainnya.
Ia akan merepotkan kita dengan berbagai pertanyaan dan kemudian ia akan menggunakan pengetahuan yang ia peroleh untuk ia bangga-banggakan kepada orang lain. Dobelsedotannya!!!!

3. Lintah “hati es batu”
orang-orang ini adalah orang-orang yang tidak berperasaan dan kehilangan empati.
Ia bisa mengucapkan kata-kata yang menyayat hati dengan santai.
Saya percaya Anda tentu pernah berjumpa dengan orang-orang yang entah kenapa mulutnya selalu mengeluarkan kata-kata yang pedas dan menyakitkan, entah secara langsung maupun berupa sindiran-sindiran yang menyakitkan hati.
Tega mengorbankan orang lain demi keuntungan diri-sendiri.
Ia bahkan tidak segan-segan menghancurkan orang lain agar dirinya tetap selamat.
Baginya, orang lain tidak perlu diperhatikan!
Intensi dari Lintah “hati es batu” adalah untuk menunjukkan dominasinya agar orang lain tidak berani macam-macam kepadanya, tetapi sebenarnya hal itu merupakan perwujudan dari ketakutannya terhadap rasa sakit. Umumnya orang ini pernah terluka dan disakiti, sehingga akhirnya ia bersikap sangat agresif untuk melindungi diri.
Prinsipnya adalah daripada disakiti mending menyakiti.

4. Lintah “pengemis”
Orang yang menuntut perhatian kita dengan cara memelas dan mengasihani diri-sendiri. Setiap bertemu orang ini, ia akan selalu menceritakan penderitaan dan kemalangan-kemalangannya.
Berkomunikasi dengan orang ini tidak jauh-jauh dari seputar masalah hidupnya yang bertubi-tubi dan sepertinya tidak pernah habis.
Tujuan sebenarnya dari Lintah “pengemis” adalah meminta perhatian dan pertolongan Anda.
Dengan cara menjadikan dirinya sebagai “korban” ia berharap kita menjadi iba dan akhirnya memberi dia perhatian dan bantuan. Celakanya, semakin kita memperhatikan dan membantu, maka ia akan semakin menjadi-jadi dan semakin membuat dirinya tampak lebih menderita.

5. Lintah “kepala beton”
Ia selalu merasa dirinya benar dan sulit percaya dengan orang lain.
Manusia ini akan sangat merepotkan jika kita terlibat dalam sebuah project bersama karena pada saat itulah ia akan menjadi halangan untuk kita semakin berkembang.
Manusia “kepala batu” ini bisa berperilaku agresif demi mempertahankan apa yang ia yakini.
Ia tidak segan-segan mengorbankan orang lain dan bahkan melukai orang lain hanya agar keyakinannya terwujud.
Manusia jenis ini digerakkan oleh ketidakpercayaan dan rasa aman yang hilang.
Ia hanya percaya pada dirinya sendiri dan tidak mau mengambil resiko untuk mempercayai orang lain.

6. Lintah “tukang obral”
Mereka yang bermulut besar dan suka mengobral janji.
Kata-kata dan perilakunya tampak membela kita dan tampak sangat menghargai kita, tetapi itu hanyalah kata-kata.
Pada saat gilirannya, ia tidak melakukan semua yang ia katakan alias NATO, No Action Talk Only!
Awal-awalnya orang jenis “tukang obral” bisa menarik simpati banyak orang, namun akhirnya semua akan kecewa dan meninggalkan dia.
Ketika ia ditinggalkan, ia akan melakukan “obral” kepada korban-korban lain, dan begitulah seterusnya.

7. Lintah “misterius” jenis orang yang sok tertutup dan sok “cool”.
Ia dengan sengaja menutup diri tetapi sedikit membuka celah agar orang penasaran dan kemudian berusaha mengorek informasi dari dia. Kepuasannya adalah ketika ada orang yang penasaran dengan dia dan kemudian mendekatinya untuk bertanya-tanya. Saat ia ditanyai itulah, ia merasa mendapat perhatian dan merasa bak selebritis yang sedang diwawancarai.Orang jenis ini tidak pernah memulai inisiatif namun ia sengaja memberi sinyal-sinyal tak langsung agar orang terpancing untuk mendekati. Istilah sederhananya, orang jenis ini selalu bersikap sok jual mahal dan sok penting. Tentunya akan sangat melelahkan berhubungan dengan orang ini bukan? Kita harus setiap saat memperhatikan dan memulai inisiatif lebih dahulu.


Dirimu rela luluh pelan2 untuk membukla fikiran kami.
Dirimu ikhlas menyulut diri untuk menerangi hati kami.
Sungguh dirimulah lilin sejati yg rela hancur untuk menerangi sekelilingmu.
Jirih payahmu tidak akan sia2.
usahamu siap menciptakan suasana2 lain yg siap menerangi hati dan pikiran kami.
Tuhan,tetap kobarkanlah semangat pejuangan yg murni ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar